Cerita dibalik Teori Sumber Kebahagiaan



[DRAFT 3] - Ikhlas

Semua tidak berjalan mulus. Ada saatnya aku mengetahui kabar yang sebelumnya tak pernah ku sangka. Ternyata Ina sudah punya pacar. Tak jarang aku melihat Ina dibonceng oleh pacarnya. Asli sakiiiit euy tapi kudu ikhlas

Pernah suatu ketika aku lihat Ina nyanyi di aula, kemudian pacarnya menghampiri dan memberikan beberapa tangkai bunga kepada Ina dihadapan banyak orang. Bisa ku bayangkan betapa bahagianya Ina saat itu mempunyai seorang pacar yang romantis dan "berani malu" untuknya.

Setelah ku tahu, Ina sudah punya pacar, tak ada lagi keberanianku untuk mengirim pesan singkat kepadanya. Aku tahu, Ina sedang bahagia. Mana mungkin aku mengganggu kebahagiaannya.

Bahagia itu ketika melihat orang yang kita sayang, bahagia.

Tapi semua itu tidak berlangsung lama, saat ku mendengar kabar kalo dia sakit, tak kuasa jika ku harus membiarkannya begitu saja. Apalagi dia juga anak kost, yang jauh dari orangtua.

Ku coba untuk kirim pesan singkat.
"Na, katanya kamu sakit. Kenapa?"

Beberapa menit kemudian, pesan singkatku terbalas.
"Iya Rian, badan ku panas. Ini juga punggungku baru dibalur sama minyak kayu putih."

"Udah minum obat belum?" Tanyaku.

"Belum Rian." Jawabnya.

"Biasanya Ina minum obat apa? Biar nanti aku beliin." Tanyaku kembali.

"Panadol juga biasanya langsung sembuh kok." Balas Ina.

Setelah membeli obat, aku langsung ke depan kostan Ina, dan memberitahunya melalui pesan singkat, bahwa aku sudah ada didepan kostannya.

Ku harap dia turun untuk menemuiku dan mengambil obat, hanya untuk melihat keadaannya. Ternyata yang turun itu temennya, karena memang pada saat itu dia kan lagi sakit, gak kuat untuk keluar kamar.

Ku pandang kamar atas, dan berkata "cepat sembuh, Ina. Aamiin."
Semoga kau mendengar.


Bersambung ke DRAFT 4

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url